Analis Alphaliner mengatakan, setidaknya sebanyak 12 kapal peti kemas telah dialihkan dari transit melalui Laut Merah untuk menghindari potensi serangan milisi Houthi yang mengambil rute lebih jauh melalui Tanjung Harapan. Awalnya serangan terhadap pelayaran di Laut Merah dan Selat Hormuz, yang mencakup pembajakan dan serangan rudal, menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel. Namun, Insiden baru-baru ini seperti serangan pesawat tak berawak terhadap kapal peti kemas sewaan OOCL Nomor 9 saat ini tidak ada hubungannya dengan Israel.
Alphaliner mengatakan dalam laporan mingguannya bahwa hingga tanggal 4 Desember, sekitar 12 kapal peti kemas telah dialihkan dari transit Terusan Suez ke rute yang lebih panjang melalui Tanjung Harapan. Enam kapal lainnya diperkirakan akan mengikuti. “Di antara kapal-kapal yang sudah memulai pengalihannya adalah tiga unit kapal berkapasitas 4.250 TEU, tiga kapal berkapasitas 5.000 – 6.000 TEU, empat kapal berkekuatan 15.000 TEU, dan satu unit berkapasitas 19.000 TEU,” demikian isi buletin tersebut.
Baik Maersk dan ZIM secara terbuka mengatakan mereka mengalihkan beberapa kapal dari wilayah tersebut. Pengalihan Tanjung Harapan dalam perjalanan dari Shanghai ke Rotterdam dengan kecepatan 18 knot akan menambah waktu transit dari 25 menjadi 33 hari. Alphaliner berkomentar bahwa masih harus dilihat apakah jalur tersebut akan mengerahkan tonase ekstra atau melewatkan beberapa kunjungan pelabuhan pada layanan yang terkena dampak.