Skip to content

Maersk Menjajaki Opsi Untuk Menggunakan Hidrogen Sebagai Bahan Bakar

AP Moller-Maersk, perusahaan pelayaran terbesar di dunia, sedang mencari potensi penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar untuk beberapa kapal dan juga sedang dalam pembicaraan dengan beberapa produsen metanol hijau untuk mengamankan pasokan dalam rangka usahanya, untuk mendekarbonisasi armadanya, kata seorang pejabat perusahaan pada November.

Maria Strandensen selaku kepala bagian Future fuel di Maersk mengatakan kepada Global Manufacturing and Industrialization Summit di Dubai bahwa meskipun metanol hijau adalah bahan bakar dekarbonisasi favorit perusahaan tapi hidrogen dapat digunakan untuk kapal tertentu, namun akan menjadi masalah untuk kapal laut dalam.

Get Free Latest Magazine by Join Our Weekly Newsletter:Click here to join free weekly newsletter

“Kami melihat kapal kami yang memiliki rute perjalanan maksimum 2.000 km dan kami benar-benar mencari apakah hidrogen dapat digunakan sebagai bahan bakar,” kata Strandasen . “Kesulitan utama tim saya adalah mencari solusi untuk kapal laut dalam karena di sana hidrogen sama sekali bukan pilihan berdasarkan fakta bahwa dibutuhkan terlalu banyak ruang kargo.”

Bergantung pada seberapa banyak hidrogen dikompresi dan didinginkan, Maersk akan membutuhkan tangki sebanyak 15 kali ukuran saat ini, tambahnya. Itu sebabnya perusahaan pelayaran mencari bahan bakar cair untuk kapal laut dalam, ujarnya. Maersk berencana untuk menggunakan kapal kontainer netral karbon pertamanya pada tahun 2023, diikuti oleh delapan kapal lainnya yang akan menggunakan metanol hijau.

S&P Global Platts meluncurkan penilaian harga kargo amonia anhidrat harian pada bulan Oktober. Amonia dinilai sebesar USD 54,00/MMBtu pada 23 November (CFR, Eropa Barat Laut), naik 25% sejak diluncurkan pada 12 Oktober. Platts menilai harga hidrogen (Belanda, elektrolisis PEM) sebesar EUR 14.13/kg pada 23 November, naik 215% sejak awal tahun.

Kapal netral karbon pertama
Maersk menandatangani perjanjian dengan Hyundai Mipo Dockyards Korea Selatan untuk membangun kapal pengumpan yang mampu berlayar baik dengan metanol atau bahan bakar minyak dengan kandungan sulfur yang sangat rendah, ujarnya pada 1 Juli. Kapal yang akan ditenagai oleh metanol netral karbon yang memiliki kapasitas 2.100 unit setara 20 Feet (TEU) ini diharapkan akan dikirim ke Maersk pada pertengahan tahun 2023 dan akan ditempatkan di rute pengiriman Baltic.

Maersk menargetkan pengurangan CO2 relatif sebanyak 60% dari pengiriman pada tahun 2030 dan berharap untuk mencapai emisi CO2 bersih-nol pada tahun 2050.

Perusahaan saat ini sedang dalam pembicaraan dengan produsen metanol hijau dalam rangka mengamankan pasokan untuk kapal ini, kata Strandasen. “Kami sedang mengamankan metanol hijau untuk sembilan kapal selama 2023-2024,” ujarnya. “Kapal-kapal ini membutuhkan hampir 400.000 ton metanol hijau per tahun selama 2024. Saya pikir kami memiliki lebih dari 40 produsen metanol hijau dan masih ada daftar produsen lainnya untuk diajak bicara kedepannya. Kami juga berharap dapat memperoleh kejelasan lebih lanjut tentang amonia sebagai bahan bakar potensial untuk 12 bulan ke depan sebagai pilihan bahan bakar lainnya”.

Penggunaan Amonia
Saat ini perusahaan sedang mencari tahu terkait masalah keamanan dalam penggunan bahan bakar amonia pada kapalnya. Meskipun amonia dapat memperbaiki kapal dan mengubahnya menjadi metanol sebagai bahan bakar, tetapi Maersk juga sedang mencari bahan bakar netral karbon untuk armada yang ada.

Maersk ingin melihat pajak karbon global sebesar USD 150/mt CO2e pada tahun 2025, yang setara dengan sekitar USD 450-$500/mt bahan bakar pengiriman. Strandasen mengatakan “kami juga menghabiskan cukup banyak waktu untuk mendorong IMO (the International Maritim Organitation) untuk memperkenalkan pajak karbon ke seluruh dunia. Selain itu kami juga ingin pajak karbon bertahap sebesar USD 50/mt untuk tahun 2023 dan berlaku sepenuhnya sebesar USD 150/mt pada tahun 2025.”

Menjadi salah satu perusahaan pelayaran terbesar di dunia, Maersk juga merupakan salah satu konsumen terbesar bahan bakar bunker turunan minyak. Menurut laporan keberlanjutan tahun 2020, perusahaan tersebut mengonsumsi 10,37 juta ton bahan bakar bunker tahun lalu. Ini termasuk bahan bakar minyak, bahan bakar berat, solar laut dan gas laut.

Join Telegram Group Shipping & Logistics:

Sektor pelayaran – mewakili sekitar 3% dari total emisi gas rumah kaca Uni Eropa – telah berada di bawah tekanan yang berat untuk melakukan dekarbonisasi.