Skip to content

Space Langka dan Freight Mahal, Shipper Mulai Beralih ke Breakbulk

Ketika harga peti kemas dan rantai pasokan meningkat di tengah perubahan permintaan yang tak menentu dan ketidakseimbangan kapasitas, ekspedisi muatan dan shipper  India dan Bangladesh mulai beralih ke breakbulk dan metode inkonvensional lainnya.

Allcargo Logistics, induk dari gabungan perusahaan besar less-than-container-load (LCL) ECU Worldwide yang berbasis di Mumbai, adalah salah satu perusahaan jasa pengiriman yang menawarkan alternatif semacam itu kepada para pelanggannya.

Get Free Latest Magazine by Join Our Weekly Newsletter:Click here to join free weekly newsletter

Adarsh Hegde, selaku Direktur Pelaksana Allcargo Logistic mengatakan kepada The Loadstar, “Kami telah mengubah beberapa kargo dari peti kemas menjadi breakbulk untuk memfasilitasi pergerakan kargo bagi klien kami.”

Shalin Shah, Wakil Direktur Pengembangan Bisnis di perusahaan pengiriman barang digital India Freightwalla, mengatakan kepada The Loadstar, “Pasar yang terdistorsi menciptakan teka-teki baru bagi para pemilik kargo, yang berasal dari tarif pengiriman yang tinggi dan kapasitas kontainer yang tidak mencukupi. Komoditas seperti beras dan gula, yang sering dikirim dengan kontainer, akhir-akhir ini dikirim melalui bulkers.”

 

Shah juga menambahkan, “Meskipun perubahan ini telah membawa sedikit kelegaan bagi beberapa pedagang yang berjuang untuk menemukan ruang dengan biaya yang wajar meski hanya terjadi pada hanya terjadi pada beberapa komoditas. Tapi kami meyakini bahwa ini merupakan fenomena sementara.”

 

Eksportir utama rami Bangladesh mengirimkan barang ke Turki dari Chittagong menggunakan kapal curah pada awal bulan ini disusul oleh tiga eksportir lainnya yang akan menggunakan rute yang sama pada minggu ketiga Desember. Tarif pengiriman ke Turki dari Cittagong berkisar antara USD 800 – 900 per TEU sebelum wabah Covid-19 menyerang dan saat ini naik menjadi sekitar USD 6000 sementara terdapat kekurangan pada jumlah kontainer berukuran 40ft.

 

Seorang pejabat dari pabrik rami Janata-Sadat mengungkapkan bahwa margin pada pengiriman rami tidak cukup besar untuk menahan tarif yang lebih tinggi ini, tetapi penggunaan kapal curah yang memakan biaya sekitar setengah dari biaya normal  memungkinkan mereka untuk mempertahankan profitabilitas. Sementara itu, eksportir lain mengatakan tren tersebut kemungkinan akan berlanjut sampai biaya pengiriman turun.

Anil Devli, CEO dari Indian National Shipowner Association mengatakan, “Kendati tarif untuk kapal curah mengalami peningkatan, tetapi tidak setinggi tarif kapal container. Hal ini akan memerlukan beberapa penyesuaian” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa opsi breakbulk bisa menjadi pilihan yang berguna bagi eksportir dengan volume kargo yang lebih besar, selain itu pelabuhan disarankan untuk memperpanjang prioritas berlabuh untuk bulker guna mencegah keterlambatan yang umumnya terjadi pada panggilan non-tradisional atau ad-hoc.

Berdasarkan sumber industri, efek spillover container terhadap perdagangan breakbulk  sangat kompleks bagi shipper India, dengan demikian upaya tersebut belum mencapai target yang ditentukan. Kesulitan berkisar pada identifikasi komoditas mana yang dapat di bongkar muat oleh kapal pengangkut multiguna atau pengangkut alat berat.

Seorang pejabat Perusahaan Perkapalan India mengatakan pada sebuah rapat yang berlangsung baru-baru ini di New Delhi bahwa diperlukan koordinasi yang lebih besar dan tindakan agresif untuk mendorong eksportir mengubah lebih banyak komoditas peti kemas menjadi kargo curah.

Join Telegram Group Shipping & Logistics:

Sumber: The Loadstar